Friday, June 27, 2008
Ayah ke Jakarta...
Wednesday, June 25, 2008
Arfa dah sembuh...
Dari artikel yang saya baca dan juga DSAnya Arfa, TB Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh masuk dan berkembangbiaknya kuman di dalam tubuh. TB Paru merupakan penyakit menular tetapi anak kecil tidak bisa menularkan TB Paru kepada orang lain melainkan orang dewasa yang terkena TB Paru yang bisa menularkan ke orang lain terlebih anak kecil. Padahal setahu saya ga ada di dalam keluarga saya yang terkena TB Paru juga keluarga dari ayahnya Arfa tapi kok bisa ya Arfa terkena TB Paru seperti yang dikatakan oleh DSAnya? Ga taulah yang penting pengobatan Arfa dah selesai, sehat, tambah pinter dan yang pasti sekarang Arfa tambah nakal hehehe...
Untuk yang ingin tahu tentang TB Paru silahkan klik di sini.
Monday, June 16, 2008
Kejutan buat ayah...
Ulang Tahun Ayah kali ini beda dengan ultah - ultah Ayah sebelumnya, kalo biasanya cuma ibunya Arfa kasih selamat ato kalo ga ya kado kecil - kecilan, ultah Ayah kali ini dapet kejutan, idenya siapa lagi kalo bukan idenya Tante. Dan ultah Ayah kali ini tidak dirayain pas hari H-nya tapi malam hari H karena besuknya Ayah banyak acara dari pagi sampe sore.
Hari itu si Ayah pulang menjelang maghrib, sesampainya di rumah agak kaget kok tumben Tante datang ke rumah sama mbah Kung, ga kasih kabar sebelumnya lagi. Ibunya Arfa jawab aja kalo mbah Kung kangen sama Arfa karena dah 2 minggu Arfa ga ke Ngadinegaran dan si Ayahpun percaya aja. Setelah salaman sama mbah Kung, Ayah mandi trus sholat Maghrib, selesai sholat tara.....munculah beberapa orang manusia (ada Ibunya Arfa, Tante Weda, dua keponakan Anggi dan Linda, Mba Dwi, mbah Mi dan ga ketinggalan ada Mbo' e Arfa juga karena kebetulan rumah kami bersebelahan dengan mereka) menyanyikan lagu selamat ulang tahun dan ada yang membawa black forest berbentuk jantung hati pula, sementara Ayah, Arfa dan mbah Kung ada di ruang tamu, terharunya si Ayah begitu kami satu persatu memberi ucapan selamat, sampai - sampai si Ayah meneteskan air mata bahagianya. Dan dengan semangat 45nya Arfa dah ga sabaran pingin tiup lilin so bukan cuma si Ayah yang tiup lilinnya tapi Arfa juga, ga hanya itu aja tapi Arfa juga dah ga sabar untuk nyolek - nyolek buttercreamnya. Seneng nya hati ini melihat Ayah bahagia, melihat jagoan kecilku dan keponakan - keponakan pada blepotan menyantap black forest.
Untuk Ayah, met ultah ya Yah..semoga panjang Umur dan senantiasa dalam lindungan-Nya, selalu diberikan yang terbaik oleh-Nya. Semoga tambah sayang, sayang dan sayang lagi sama Ibunya Arfa dan Arfa. Makasih untuk smua perhatian dan curahan kasih sayangnya selama ini, memilikimu adalah anugerah yang sangat indah dari Sang Pencipta buat kami.
Buat mbah Kung dan Tante makasih ya, dah mau ikutan bikin kejutan buat si Ayah, makasih juga buat doanya, btw kapan niy makan - makan ke Depoknya , dah turun kan Mbah Kung gaji ke 13nya? hehehe :) Buat para keponakan, mba Dwi, mbah Mi dan mbo'e makasih juga ya...
Thursday, June 12, 2008
Genap 100 Hari Meninggalnya mbah Uti Tercinta
Ps : Foto di atas diambil Lebaran 2007 kemarin, waktu itu mba Uti dah mulai sakit.
Wednesday, April 23, 2008
Selamat membaca aja ya...
Mudahkan Anakmu Berdoa
Sekarang mereka berdua menangis pelan di hadapan Kepala Sekolah dan Guru TK Qurrota A'yun
Menyesali diri tak sanggup berkata kelu lidah mereka, seakan tersedak tak sanggup mengeluarkan isi hati dan benak mereka kecuali dengan tetes air mata yang perlahan
Bertekad sebelum terlambat sepenuhnya mereka memperbaiki diri, dan menyayangi buah hati mereka sepenuh hati.
Sehingga putri kesayangan mereka dapat dengan mudah berdoa :
Tiga jam yang lalu:
===============
Maaf Ibu Shinta, ada telepon, katanya dari sekolah anak Ibu."
Ok, saya angkat dari sini, thanks ya Lia"
Halo Ibu Shinta, Assalamu 'alaikum, maaf mengganggu Ibu. Saya Ibu Dian, dari TK Qurrota A'yun ingin membicarakan hal penting terkait anak Ibu, Rahmah, bisa berbicara sebentar?
Waalaikumsalam, maaf Ibu guru, apakah penting sekali?
Maaf Bu Shinta, Saya menyampaikan permintaan dari Ibu Puji Kepala Sekolah TK Qurrota A'yun, bahwa Beliau mengharapkan kedatangan Ibu dan Suami Ibu pada hari ini jam 3 siang, membicarakan hal mendesak terkait anak Ibu, Rahmah."
Apakah harus hari ini? Saya dan suami saya sibuk sekali! Bisakah Ibu Dian mengerti bahwa kami tidak bisa dipanggil secara mendadak seperti ini?!"
Kami mengerti sekali, tapi ini sangat mendesak Ibu Shinta, demi kepentingan buah hati Ibu, kami takut bila terlambat, nanti kita semua menyesal."
Apa maksudnya dengan menyesal? Apa anak saya melakukan kesalahan? Nakal? Silahkan Ibu hukum, kami sudah memberikan wewenang sepenuhnya kepada sekolah untuk mengajar, mendidik dan merawat anak kami di sekolah, termasuk menghukumnya bila perlu!"
Ibu Shinta, kalau masalahnya sekedar nakal biasa kami tak perlu repot-repot mengganggu Ibu, tetapi ini terkait dengan masalah perkembangan kejiwaan anak Ibu, kami harap Ibu dan Suami Ibu dapat bekerja sama demi kebahagiaan buah hati Ibu, bagaimana?"
Hm, baiklah, dua jam lagi kami kesana, saya harap benar-benar penting, karena terus terang saja kalian telah mengganggu kami!"
Kami sekali lagi mohon maaf yang sedalam-dalamnya, kami mengerti kesibukan Ibu dan Suami Ibu, kami tunggu kehadirannya nanti. Assalamu 'alaikum Bu."
Waalaikumsalam."
Hm,ada-ada saja, kenapa lagi dengan Rahmah? Mana aku harus izin keluar kantor,apalagi harus menghubungi Mas Bima, merepotkan saja!
Shinta segera menelepon sekretarisnya untuk mendelegasikan beberapa tugas, kemudian meminta izin ke atasannya. Setelah itu dia mengirim SMS ke Bima, suaminya, eksekutif muda sekaligus pemilik salah satu perusahaan swasta besar di Jakarta.
Tak lama setelah itu nada dering Mobile Phone memaksa Shinta menghentikan aktivitasnya lagi sambil mengambil napas dalam-dalam dan menghela, ia mengeluh ringan, lalu mengangkat Mobile Phone-nya.
Halo Shinta, ngapain kamu kirim SMS seperti ini, maksa aku harus ikut kamu ke sekolahnya Rahmah? Kamu tahu tidak, aku sedang sibuk?!.. Aku tidak mau melanjutkan `pembicaraan` kita tadi malam, aku tidak mau cari gara-gara lagi sama kamu! kamu aturlah sana, kamu kan ibunya anak-anak!
Hai Mas Bima, aku tuh juga sama seperti kamu, memangnya aku pengangguran apa, tapi kita harus segera kesana, katanya Rahmah ada masalah, dan bukan nakal biasa, katanya ada masalah kejiwaan! entahlah kenapa mereka pakai kosakata seperti itu ingin menteror orang
saja tapi kalau mereka macam-macam, bakal aku omelin mereka, kamu pokoknya harus kesana, kamu kan bapaknya anak-anak, kamu sendiri yang sering gembar-gembor sana-sini bahwa kamu tuh kepalanya keluarga, ya kan!?"
Tunggu, kamu bilang masalah kejiwaan? Rahmah!? Kamu becanda kan!?"
Ngapain aku bercanda! mereka kali yang bercanda! pokoknya dua jam lagi sampai di sekolah Rahmah!"
Berarti kalo kita kesana, Rahmah masih di sekolah?"
Tentu tidaklah, kan sudah ada antar jemput dari sekolah, Rahmah pasti sudah di rumah sama si Mbok!
Oke..oke.. ya udah, ketemu disana, dah!"
Huh, dasar lelaki egois, tidak ada basa-basi, mutusin telepon pun nggak sopan! Bisanya cuma bikin anak saja, tanggung jawab kagak mau, enak di dia, kagak enak di gua! Maksa gua jadi ibu rumah tangga, padahal kan gua udah ada karir, masak dia aja yang bisa kelayapan keluar rumah! Jadi cewek harus dipingit terus! Bisa stress gua, ngapain gua kuliah tinggi-tinggi!
Huh, cewek reseh, bikin gua sulit konsentrasi, padahal kan gua kerja demi mereka! Udah jelas kalo gua maju, keluarga juga yang untung dan bahagia! Demi masa depan mereka! Apa sih artinya pekerjaanya dia, cuma sebagai kepala cabang aja udah belagu dan cuma punya titel sarjana ekonomi doang, mestinya dia tahu diri! Cewek tuh ngurusin semua urusan rumah!
Shinta dari daerah Senen, Bima dari daerah Sudirman, mereka berdua melaju kencang dengan kendaraannya masing-masing, sambil bergelut dengan seribu kecamuk di benaknya, gelisah di hatinya, pergi ke arah daerah Pondok Gede, tempat putri kesayangan mereka, Rahmah, bersekolah di TK Qurrota A'yun.
Tiga puluh menit yang lalu:
=====================
Assalamu 'alaikum, permisi saya ingin bertemu dengan Ibu Dian dan Ibu Puji, saya Ibunya Rahmah"
Oh, Waalaikumsalam, silahkan Bu, saya sendiri Ibu Dian, mari kita masuk ke ruangan Ibu Puji! Oh ya, Bapak tidak datang barengan Ibu?!
Oh jadi Suami saya belum datang, mungkin ada urusan penting, mungkin kita mulai dulu saja, soalnya saya juga ada urusan penting!
Mereka masuk ke ruang kerja Ibu Puji, setibanya di dalam, Ibu Puji langsung menyambut mereka.
Terima kasih Ibu Shinta sudah menyempatkan diri datang, sebenarnya saya ingin mulai, namun karena sangat penting, kita tunggu dulu ya kedatangan Pak Bima?
Ohh, ii..iya Bu, lirih terdengar suara Shinta, sambil berusaha memaksakan diri untuk tersenyum walau kaku.
Semenit, dua menit, Lima menit, Sepuluh menit, Lima belas menit, uuh obrolan basi.. padahal ada urusan penting di kantor,brengsek nih Mas Bima, bikin susah aku saja!
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, "Maaf terlambat tadi ada tamu penting, jadi meeting dulu,
terus di jalan macet"
Tiga puluh menit sudah shinta menunggu..Shinta dan Bima saling bertukar pandangan dan tersenyum sinis, suasana memanas sekaligus membekukan pembicaraan, sampai akhirnya terpecahkan oleh suara deheman dari Ibu Puji.
Maaf merepotkan kalian semua, Ibu Shinta, Pak Bima, namun kami dari sekolah mengkhawatirkan perkembangan kepribadian buah hati Bapak dan Ibu.
Rahmah hari ini tidak bersikap sebagaimana biasanya, padahal biasanya riang, tidak pernah nakal, tidak pernah bertengkar, tidak pernah menangis, pokoknya kelakuannya sangat baik. Kebetulan yang tahu detail kejadiannya adalah Ibu Dian. Beliaulah yang selalu mengajar kelas dimana Rahma belajar dan bermain.
Saya harap Bapak dan Ibu bersabar..diam..dan tidak berbicara dahulu, sampai cerita Ibu Dian selesai, saya persilahkan Bapak dan Ibu berbicara dan mengutarakan pendapat kepada kami.
Kami mohon maaf atas kelancangan kami mengganggu Bapak dan Ibu sekalian, silahkan Ibu Dian!
Lima jam yang lalu:
===============
Ibu Dian dengan senyum yang ramah bertanya kepada anak asuhnya, murid TK Qurrota A'yun, "Hayo anak-anak, apakah semua sudah hafal doa dan arti dari doa kepada kedua orang tua?!"
Iyaa Bu Guruuuuu!
Bagus, ayo kita bareng-bareng, baca doa dan artinya bersamaan. Siap?! Hitungan ketiga dimulai, satu...dua...Tiga!!
Robbighfirliii Wa liwalidayya Warhamhumaa Kamaa...Robbayaaniii Shogiirooo"
Artinyaaa: Ya Tuhanku...Ampunilah Aku...Dan juga kedua orang tuaku...Dan kasihilah mereka
berdua...Sebagaimana Mereka merawatku Sewaktu keciiiillll
Tiba-tiba ada suara bocah yang memecah riuh gembira lantunan doa
Ibu Guru, Rahmah curang, Rahmah tidak pernah membaca kata-kata yang terakhir"
Alex, kamu yang tertib ya, jangan bicara dulu, kita baca doa dulu, baru nanti Alex bicara ke Ibu.
Tapi Ibu Guru, sela Alex, Alex tidak bohong kok, Alex
baca doa seperti kita?
Hm, iya juga sih mendadak Rahmah agak diam, agak murung, padahal biasanya sangat bersemangat, paling cepat hafal doa, dan suka memimpin membaca doa, dan Alex sangat dekat dengan Rahmah
Rahmah, coba Rahmah baca doa sendiri, Ibu mau baca doa, mengikuti tuntunan Rahmah, Rahmah bisa
Menunduk seakan takut bertatap mata, Rahmah menjawab lirih "Bisa Ibu Guru""
mendadak terhenti, seperti tersedak oleh sesuatu
Tuh
Uuh...diam kamu, Alex jelek, Bentak Rahmah, Rahmah kan...Rahmah kan..., mendadak Rahmah menangis
Wah gawat ini!! Ini diluar skenario mengajar, terpaksa aku harus mengalihkan perhatian mereka dan mendamaikan mereka
Lho kok Rahmah menangis, jangan menangis ya sayang, Rahmah akan anak yang pintar, anak yang manis..udah besar, sayang dong menangis.
Ayo Alex, sayang-sayang ke Rahmah, Alex
Rahmah, Alex minta maaf ya.. bikin Rahmah nangis... maafin ya...ntar mainan lagi kan...ntar Alex boleh makan bareng ama Rahmah kan?!
Iya, Rahmah juga minta maaf ama Alex, habis Rahmah barusan ngomong tidak baik sama Alex, padahal kan Rahmah cuma... cuma nangis karena Mama dan Papa"
Aduh senangnya dua anak kecil itu bersalaman dan berpelukan, teduhnya dunia kalo semua orang bersikap polos seperti mereka.. tapi kenapa Rahmah jadi berubah dan bilang nangis karena Mama dan Papa?
Pada saat pulang sekolah, Ibu Dian minta izin ke Ibu Puji untuk menunda pekerjaan administratifnya di TK, karena ingin menghibur Rahmah sekaligusmengantarkannya ke rumah di daerah Cibubur, ikutan nebeng antar jemput sekolah, kebetulan Rahmah diantar paling belakangan, jadi bisa berbicara dan tanya banyak hal kepada Rahmah.
Rahmah, tadi kenapa nangis waktu baca doa untuk kedua orang tua? Rahmah nangis karena lupa?"
Mendadak, dari sikapnya yang riang dan aktif bergerak dalam mobil jemputan, berubah...Rahmah terdiam...kemudian menggelengkan kepala perlahan sambil meneteskan air mata.
Lho, kok nangis lagi? kan Rahmah anak manis, masak nangis terus? Kan Rahmah udah gede, ayo bicara ama Ibu Dian, ya sayang?!"
Setelah isak-tangisnya mereda, dengan tersendat, Rahmah menjawab:
Rahmah..Rahmah nangis karena sedih ingat Papa Mama
Rahmah nggak mau ntar kalo Papa dan Mama udah tua Papa Mama kesepian karena..sering
Rahmah tinggal kerja"
Rahmah nggak mau ntar kalo Papa Mama dengar Rahmah bicara tidak baik seperti tadi seperti
Rahmah bicara ke Alex, kan sedih"
Rahmah nggak mau ntar kalo Papa Mama dengar Rahmah ngomong `cerai` habis Papa Mama suka bicara `cerai` terus habis itu Papa keluar rumah dan Mama nangis.Bu Guru`cerai` itu apa sih?
`cerai`itu kayak mati ya? Habis dulu Papa Mama nangis waktu dengar katanya Kakek dan Nenek Mati"
Rahmah nggak mau ntar kalo Papa Mama tidur tidak ada yang ngelonin, tidak ada yang ngedongeng tidurnya kayak Rahmah., sering tidur di depan TV karena dongengnya cuma ada di TV Kabel, di Playhouse, di Disneyland, di Nickelodeon"
Rahmah nggak mau, ntar Papa Mama tidak diajak jalan-jalan ama Rahmah, Kayak Papa Mama suka nggak bisa,l upa ajak Rahmah jalan-jalan padahal cuma minta di hari sabtu atau di minggu aja kok
Rahmah nggak mau ntar Papa Mama ditinggal ama Mbok aja..sepi! Rahmah tuh kangen ama Papa Mama, Rahmah nggak mau ntar Papa Mama kalo udah tua kangen karena Rahmah tinggalin Papa Mama ama Mbok di Rumah sendirian"
Rahmah nggak mau Papa Mama hampir nggak pernah ngelihat Rahmah nanti... soalnya sekarang... Rahmah hampir nggak pernah ngelihat Papa Mama, pagi Papa Mama udah berangkat, Rahmah mau bobo, Papa Mama belum pulang"
Makanya Rahmah sedih, baca doanya bisa diganti tidak?! Kok Ibu Guru diam? kan Rahmah lagi bicara ama Ibu Guru,katanya kalo ditanya orang kita harus menjawab.
Kini giliranku yang membisu sambil berjuang membendung genangan air mata di pelupuk mataku, tak tahu harus berkata apa.
Hanya bisa menjawab lirih diiringi tampias senyum semu, "Iya Rahmah sayang, Ibu Guru dengar kok Rahmah bicara""
Thursday, April 17, 2008
Cinta...
Cinta merupakan cahaya, dimana apabila cinta itu hilang dari hati seseorang, maka ia bagaikan berada dalam laut kegelapan...
Cinta itu merupakan suatu nikmat, dimana bagi seseorang yang tidak mendapatkannya, maka kehidupannya akan dipenuhi dengan kegelisahan dan penderitaan...
Ps : Ada yang mo menambahi, apa itu Cinta???
Tuesday, April 15, 2008
Berangkat Gasik Euy...
Ps : Yah, maafin ibu juga ya...belum mo nurut kata ayah supaya ibu di rumah aja?!
Monday, April 14, 2008
Emansipasi Wanita ya Nak???
Ayah : Fa, besok ayah sama ibu kerja ya?
Arfa : Gak, ayah gak boyeh keja di yumah aja, ibuk Nana keja!(menurut EYD harusnya "ibuk Nana yang kerja" secara Arfa belum bisa menggunakan kata sambung seperti "yang" jadilah kata "yang" ditiadakan oleh Arfa hehehe...
Nak, kalo ayah ngga kerja gimana nanti Arfa mo jajan? gaji ibu buat jajan Arfa 3 hari juga dah habis hehehe...lagian kecil-kecil kok dah tau emansipasi wanita ya???
Saturday, April 12, 2008
Genap 40 Hari Meninggalnya mbah Uti Tercinta
Manusia hanya bisa berdoa dan berusaha tetapi Allah Maha Tahu Segalanya, Dia tahu yang terbaik buat umat-Nya dan mungkin ini memang yang terbaik buat mbah Uti tercinta. Hanya doa yang bisa kami panjatkan semoga beliau tenang di sisi-Nya, diampuni segala dosa dan diterima segala amal kebaikannya, semoga beliau mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya di alam sana. Amiin..
Maafkan kami smua ya mbah Uti kalo selama ini kami belum bisa membahagiakan mbah Uti...